Siapa yang tidak kenal Travel Cipaganti di era tahun 2000-an awal? Perusahaan jasa transportasi yang berawal dari bisnis jual beli mobil, kemudian cukup terkenal sebagai perusahaan travel dengan rute legendaris Jakarta-Bandung, merambah ke bisnis taksi, bis dan sarana penunjang transportasi, Cipaganti terus berkembang dengan beragam jenis usaha, hingga akhirnya dinyatakan bangkrut setelah ‘tersandung’ kasus Koperasi Cipaganti.
Pembentukan Koperasi Cipaganti sendiri patut diduga sebagai salah satu strategi ‘fund rising’ pemilik perusahaan dalam rangka mengumpulkan dana untuk ekspansi usaha selain GoPublic (sebelum dinyatakan bangkrut, salah satu rencana ekspansi bisnisnyanya adalah membuka maskapai penerbangan).
Dikutip dari Kompas.Com, salah satu pelajaran penting dari kasus Cipaganti bagi pelaku usaha adalah bahwa; “mendorong bisnis menjadi besar memang diperlukan, akan tetapi ada kalanya harus menahan diri” (Yanuar Rizki, pengamat pasar modal di Kompas.Com edisi 24.06.2014). Ambisi pemilik untuk membesarkan bisnis, sejatinya diimbangi dengan kecermatan dalam melihat ‘momentum’ sebagai faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan manusia. Terkadang momentum menjadi batu loncatan membesarkan bisnis, namun tidak banyak yang justru menjadi lubang kuburan bagi bisnis yang telah dirintis dari O.
Dalam hal ini, momentum booming bisnis tambang batubara yang dimasuki Cipaganti, ternyata telah mencapai titik jenuh, ditandai dengan terjun bebasnya harga batu bara dipasar dunia. Memang, jatuhnya harga batu bara menimbulkan banyak korban berbentuk kebangkrutan bisnis. Baik dari sisi pertambangan, transportasi sampai finansial (berupa saham dan obligasi perusahaan pertambangan).
Selain itu, Cipaganti juga tampak ‘kehilangan fokus’ pada bisnis inti yaitu travel yang telah membesarkan namanya. Hilangnya fokus bisa jadi karena ambisi tadi. Umumnya pengusaha mengembangkan usaha secara “linear” (dari bisnis inti ke bisnis penunjang) ataupun memilih “jalan quantum” (melompat keluar bisnis inti). Apapun pilihannya, diperlukan kejelian dan kecermatan dalam memilih opsi pengembangan bisnis. Salah-salah untung malah jadi buntung.
Dengan tidak bermaksud mengorek “luka lama” dari mereka-mereka yang menderita kerugian, Semoga sedikit cerita kegagalan ini, bisa menjadi pelajaran bagi mereka-mereka yang sedang mengembangkan bisnisnya.
Referensi Berita Cipaganti: https://money.kompas.com/read/2014/06/24/1329049/Kasus.Cipaganti.dan.Ambisi.Bisnis.Andianto.Setiabudi
Foto diambil dari google: https://id.foursquare.com/v/cipaganti-travel/4c63a8fdec94a593e9612cca
Catatan SiBeBi.Com: Bagi mereka-mereka diluar sana yang memiliki cerita, pengalaman kegagalan dalam bisnis dan ingin #BerbagiKebaikanMelaluiTulisan, SiBeBi.Com akan dengan senang hati menerima tulisan pengalamannya melalui email di info@sibebi.com, untuk menjadi pelajaran bagi siapapun agar lebih berhati-hati dan tidak mengalami kesalahan yang sama.